buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Rabu, 02 Maret 2016

JANGAN PUTUS ASA



       Edisi 06 th VII : 05 Februari 2016 M / 26 Rabi’uts-Tsani 1437 H
JANGAN MENYERAH
Penulis: ust. Marsudi, S.Pd.I (TPQ ad-Darajaat, Mayak)
Maha suci Allah yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat Yusuf ayat 87 yang artinya “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". Shalawat dan salam semoga tercurah pada nabi Muhammad saw, sang pembawa risalah kebenaran sampai akhir zaman.
Agama Islam melalui kitab suci al-Qur’an surat Yusuf ayat 87, terlihat jelas melarang umatnya untuk berputus asa. Cerita tentang kalimat yang diucapkan oleh nabi Ya’qub as pada anak-anaknya tersebut sesungguhnya merupakan pelajaran bagi kita semua yang meyakini bahwa al-Qur’an adalah firman Allah. Dalam konsep ini, kita dapat melihat bahwa saat menghadapi sebuah masalah berat yang seolah tak ada solusi lagi, maka yang membedakan seorang muslim dengan seorang kafir adalah cara berpikir tentang adanya kekuatan lain yang sesungguhnya akan mampu menuntaskan masalah tersebut. Kekuatan lain tersebut berwujud rahmat dari Allah. Inilah salah satu wujud husnudzdzan yang akan menimbulkan semangat pantang menyerah dalam diri setiap muslim. Seandainya kenyataan yang dihadapi benar-benar pahit, maka tetaplah ada husnudzdzan bahwa ada hikmah dan balasan luar biasa dari Allah. Kita bisa mencermati kisah Masithah yang diancam bejana air mendidih yang di bawahnya berkobar api di hadapan Fir’aun. Namun Masithah tetap berhusnudzdzan pada Allah dan mempercayai rahmat akan turun padanya.

Menyerah pada keadaan atau yang sering kita sebut “putus asa” merupakan suatu kondisi saat menurunnya gairah dan hilangnya semangat serta motivasi hidup yang disebabkan oleh suatu peristiwa atau bisa juga disebabkan karena tidak tercapainya suatu keinginan. Rasa putus asa bersumber dari depresi dan frustrasi. Dalam kajian psikologi, depresi merupakan suatu kondisi dimana seseorang merasa bahwa segala sesuatu di sekitarnya serasa tidak pas atau tidak nyaman, segala tingkah laku seolah serba salah, senantiasa suudzdzan atau buruk sangka, serta pesimis terhadap segala sesuatu. Adapun frustasi merupakan kondisi rasa cemas yang mencapai puncak disertai adanya keyakinan akan gagalnya usaha yang dilakukan.
Dalam kehidupan kita sekarang ini tentu ada banyak hal yang sering membuat kita terlempar mendekati atau bahkan masuk ke dalam kondisi depresi dan frustasi. Meskipun kita berada di kota kecil semacam Ponorogo ini, bukan berarti kehidupan yang kita jalani akan mudah dan mulus-mulus saja. Memang tingkat kesulitan hidup kita tak serumit mereka yang berada di kota besar. Namun tetap saja ada banyak hal memicu seseorang mengalami ke-putus asa-an dalam hidupnya, semisal masalah hubungan antar individu (putus cinta maupun wafatnya orang yang sangat dikasihi, renggangnya hubungan antar anggota keluarga, dsb), masalah kegagalan (gagal lulus sekolah, gagal dalam bisnis, dipecat dari pekerjaan, dsb), ataupun karena penyakit kronis.
Konsep Islam dalam menanggulangi “putus asa” adalah mendasarinya dengan berhusnudzdzan pada Allah serta memasrahkan hasil akhir pada Allah. Kepasrahan ini merupakan sebuah keyakinan bahwa Allah tidak akan pernah terlena untuk memperhatikan kita. Dalam al-Qur’an surat Hud ayat 123 disebutkan: “Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-sekali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” Kemudian Rasulullah saw memberikan sebuah gambaran dari konsep pantang menyerah serta tawakkal: “Jika saja kamu sekalian bertawakkal kepada Allah dengan sepenuh hati niscaya Allah akan memberikan rezeki untukmu sekalian, sebagaimana Dia memberinya kepada burung; burung itu pergi dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi & Ibnu Majah).
Terkait pula dengan penanggulangan rasa putus asa agar senantiasa jangan menyerah, al-Qur’an telah menyediakan berbagai motivasi bagi kita untuk kita renungkan. Misalnya jika kita merasa segala usaha bisnis kita seolah sia-sia dan hancur lebur, maka al-Qur’an menunjukkan dalam surat al-Baqarah di awalan ayat 286 yang artinya: “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya …”. Dengan ayat ini, kita diarahkan agar berhusnudzdzan terhadap masalah yang kita hadapi. Seberapapun rumitnya, pasti ada solusi tersedia.


Selain itu, al-Qur’an juga mengingatkan kita dalam surat al-Insyirah ayat 5 sampai 8 yang artinya: “karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” Dalam hal ini terjadi pengulangan lafadz “inna ma’al ‘usri yusra” yang artinya sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Padahal sudah ada kata “sesungguhnya”, dan kemudian diulang lagi. Ini menunjukkan betapa Allah memberikan penekanan agar kita tidak melupakan konsep ini, agar kita tidak pernah berputus asa, agar kita tidak menyerah dalam keadaan apapun.
            Adapun sebaliknya jika kita berhasil dalam suatu urusan, maka selayaknya kita tidak terlalu berlebihan dalam kegembiraan. Jika bisnis kita berhasil, atau kita diterima dalam suatu pekerjaan, atau kita menemukan jodoh, dan lain sebagainya, maka kita tidak boleh melupakan Allah yang telah melapangkan jalan bagi kita. Al-Qur’an pun memberikan peringatan pada kita melalui surat an-Nashr ayat 1sampai 3 yang artinya: “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” Meskipun ayat ini bercerita tentang kisah penakhlukan Makkah oleh pasukan muslim, namun tetap relevan jika disinkronkan dengan keberhasilan usaha yang mungkin kita dapatkan. Maka kita harus bersyukur, bertasbih dan memohon ampun jika terselip ada rasa ujub yang muncul karena keberhasilan tersebut. Kita juga diwajibkan mensyukuri nikmat tersebut sebagaimana disebutkan al-Qur’an dalam surat Ibrahim ayat 7 yang artinya: “Dan ingatlah, tatkala Tuhanmu memaklumkan: ”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”           
Semoga Allah swt memberikan hidayah pada kita agar kita mampu dan mau melaksanakan tuntunan dalam Islam sebagaimana sudah digariskan dalam syariat. Aamiin … ***
***



Tidak ada komentar:

Posting Komentar