Edisi 46 th VII : 18 November 2016 M / 18 Shafar 1438 H
MENYAYANGI DAN MENCINTAI
Penulis:
Ust. Herul Sabana, S.E (Mayak, Tonatan)
Puji
syukur pada Allah swt yang bersifat Rahman dan Rahim. Allah yang senantiasa menyayangi hamba-Nya,
terlebih terhadap hamba yang saling menyayangi terhadap sesamanya. Allah telah berfirman dalam al-Qur’an
surat Ali Imran ayat 148: “Karena itu Allah memberikan kepada mereka
pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebaikan.” Kemudian shalawat salam semoga tetap tercurah
pada Nabi Muhammad saw, makhluk paling mulia di muka bumi ini yang pernah
diciptakan oleh Allah swt, yang telah memberikan teladan kepada umatnya
bagaimana seorang pemimpin mampu menyayangi yang dipimpin sehingga terjadi
hubungan harmonis dengan sesama manusia.
Setiap hari Jum’at, khatib shalat
Jum’at senantiasa mengingatkan jamaah agar bertaqarrub kepada Allah swt dengan
meningkatkan ketaqwaan, yakni dengan menjalankan segala perintah-perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Dengan demikian, semoga kita sebagai
jamaah, dapat menjadi hamba yang disayangi dan dicintai oleh Allah swt
sebagaimana tersirat dalam surat Yunus ayat 62-63 yang artinya: “Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah
(orang–orang yang dicintai/disayangi oleh Allah) tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Yaitu orang–orang yang
beriman dan mereka selalu bertakwa.”
Orang-orang
yang dicintai oleh Allah swt ialah orang-orang yang selalu sabar dalam musibah,
selalu syukur atas nikmat yang telah diberikan, selalu siap menyerahkan jiwa
dan raga untuk perkara haq dan orang yang senantiasa saling mencintai sesama
manusia karena Allah swt. Orang-orang seperti ini akan merasa damai dalam hidupnya. Setiap ada problem
maka disandarkanlah problem tersebut kepada Allah semata. Selain itu, dia akan
mendapat pertolongan juga dari sahabat-sahabatnya karena budi baiknya selama
bergaul dengan mereka. Karena itulah untuk mengantisipasi hal-hal seperti
tersebut, maka Allah swt sangat menganjurkan untuk tolong-menolong dalam
kebaikan dan taqwa dalam konsep hablum minan nas, dengan menyuruh
manusia untuk saling menyayangi dan mencintai guna mewujud-kan hal-hal yang
baik dalam rangka usaha peningkatan ketaqwaan. Hal ini tersirat dalam surat
al-Maidah ayat 2 yang artinya: “…dan
tolong-menolonglah kamu sekalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa dan janganlah
kamu sekalian tolong-menolong dalam hal
dosa dan permusuhan…”.
Kemudian
Rasulullah saw juga memberikan gambaran adanya orang-orang mulia yang dicintai
Allah dengan indikator hablum minan nas. Dalam haditsnya Beliau
bersabda: “Sesungguhnya di
antara hamba-hamba Allah ada sekelompok manusia, mereka bukan Nabi bukan pula Syuhada’, tetapi justru para Nabi dan Syuhada merasa cemburu
terhadap mereka.”
Para sahabat bertanya: “Siapakah mereka? Semoga kami dapat mencintai
mereka.” Nabi pun menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang saling
mencintai karena cahaya Allah tanpa ada hubu-ngan keluarga dan nasab di antara
mereka. Wajah-wajah mereka tidak takut di saat manusia takut dan mereka tidak
bersedih di saat manusia bersedih”. Kemu-dian beliau membacakan ayat (QS. Yunus 62): “Ingatlah
sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati.” Selain hadits ini, dalam kitab Ihya’ Ulumudin
juz 2, Imam Ghozali memberikan keterangan dengan menulis bahwa Rasulullah telah
bersabda: “Kelak di hari kiamat ada
segolongan manusia yang wajahnya seperti rembulan, tiada rasa takut pada diri
mereka dan tidak ada pula mereka bersedih hati” kemu-dian orang-orang
bertanya : “Siapakah mereka wahai
Rasulullah?” Rasulullah pun menjawab : “Mereka adalah orang-orang yang di dunianya saling mencintai/ menyayangi
karena Allah”
Demikianlah orang-orang yang saling mencintai
sesama manusia hanya karena Allah maka mereka menjadi wali-wali Allah atau orang-orang
yang dicintai Allah. Hal ini
karena manusia diberi amanah sebagai khalifah di bumi. Jika dia mampu menjaga
perdamaian dengan sesama dan memiliki hubungan yang baik dengan sesama khalifah
(manusia) yang lain, secara otomatis akan diberi label sebagai orang yang
amanah dan akan dicintai oleh Sang Pemberi amanah tersebut.
Selain saling
menyayangi sesama, maka mencintai orang sholeh atau Nabi, ternyata mempunyai
keutamaan yang besar. Salah satu keutamaan tersebut bahwasanya orang yang
mencintai itu akan bersama orang yang dicintai. Dalam sebuah hadis diceritakan
bahwa ada orang badui yang bertanya kepada Rasulullah: “Kapankah datangnya hari kiamat itu?” kemudian orang badui
itu ditanya oleh Rasulullah: “Apa yang
telah kamu persiapkan untuk menyambut datangnya kiamat?” Orang badui itupun
menjawab: “Wahai Rasulullah, persiapanku
bukan banyaknya puasa, bukan banyaknya shalat, bukan pula banyaknya sedekah,
tetapi persiapanku adalah cinta Allah dan Rasul-Nya” kemudian Rasulullah
pun berkata: “Kamu akan bersama orang
yang kamu cintai”.
Hadits ini
mengindikasikan bahwa orang mencintai itu akan bersama orang yang dicintai. Itu
artinya manakala seseorang yang mencintai dengan meneladani Rasulullah maka
kelak ia akan bersama Rasulullah di surga. Sebaliknya apabila seseorang
mencintai orang yang durhaka ataupun dzalim dengan meneladani atau meniru cara
hidupnya maka ia pun akan bersama orang tersebut di tempat semestinya kelak di
akhirat, terserah Allah menempatkan di mana dia.
Maka dari itu,
mari kita bangun negri ini dengan menebarkan perdamaian dan saling mencintai
sesama warga masyarakat. Jika kita mampu hidup damai berdampingan maka rahmat
Allah akan turun ke sekeliling kita karena Allah mencintai kita. Marilah kita
menjadi orang yang mau dan mampu mencintai sesama manusia, terlebih mencintai
Rasulullah saw, agar kita yang manusia biasa ini dapat meningkat derajatnya
menjadi orang yang dicintai oleh Allah dan kelak di akhirat dapat berkumpul
bersama orang yang kita cintai yaitu Rasulullah saw.
Kita bisa memulai dengan mencintai lingkungan
terkecil yaitu keluarga, kemudian melebar ke lingkungan sekitar seperti warga
RT, kelurahan dan terus melebar ke lingkungan yang lebih luas lagi,
kabupaten, propinsi dan negara ini. Semoga
Allah meringankan segala urusan kita dan memberi kelapangan pada hati kita
sehingga mampu menebarkan kedamaian.
Aamiin.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar