Edisi 51 th VII : 23 Desember 2016 M / 23 Rabiul Awwal
1438 H
PERAN AYAH DAN IBU DALAM
PENDIDIKAN ANAK
Penulis:
ust. Mahfud, S.Pd.I (TPQ Miftahul Huda, Jenes)
Puji syukur pada Allah yang telah
menciptakan segala sesuatu dengan ber-pasang-pasangan. Ada siang ada malam, ada
matahari ada rembulan, ada bumi ada langit, ada kanan ada kiri, ada laki-laki
dan ada juga perempuan. Semua itu tidak ada yang sia-sia, karena setiap segala
sesuatu ada hikmahnya. Kemudian shalawat salam semoga tetap tercurah pada Nabi
Muhammad saw, makhluk paling mulia di muka bumi ini yang pernah diciptakan oleh
Allah swt.
Kita tentu mengetahui bahwa ketakwaan
merupakan perwujudan dari keimanan dalam dada. Aplikasi dari ketakwaan berupa
segala macam bentuk ibadah. Sedangkan hasilnya adalah terwujudnya akhlakul
karimah. Untuk itu diperlukan beragam sarana prasarana yang sekiranya dapat
menunjang proses tersebut menuju kesuksesan. Salah satu faktor pentingnya
adalah pendidikan dalam lingkungan keluarga. Dalam hal ini, peningkatan ketakwaan
sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga terutama dalam membentuk keluarga
sakinah seperti yang termaktub dalam al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 21 yang artinya: “Dan
di antara tanda-tanda kekuasa-anNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa nyaman kepadanya, dan dijadikan-Nya di
antaramu mawaddah (rasa cinta) dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”
Keluarga merupakan bagian kecil
dari masyarakat. Masyarakat yang baik
merupakan kumpulan dari
keluarga-keluarga yang baik. Keluarga yang baik adalah suatu keluarga yang
dibangun atas dasar ketaatan terhadap Allah swt. Membangun keluarga semata-mata
untuk meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah swt. Suatu keluarga yang selalu
dilandasi dengan Al-Qur’an dan sunah akan mampu melahirkan manusia-manusia yang
islami sebagaimana fitrahnya.
Di sinilah peranan
pendidikan dalam keluarga sangat menentukan, bagaimana seorang ayah dan ibu mampu
mendidik anak-anaknya menjadi manusia yang kuat dalam akidah, ekonomi, akhlaq serta
ilmu pengetahuannya. Rasulullah saw bersabda dalam salah satu hadits yang
artinya: “Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah
yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang Majusi.”
(HR Muslim). Dari hadits ini dapat diambil kesimpulan bahwa orang tua sangat berperan
dalam membentuk akidah anaknya. Contoh yang sangat baik telah ada, sebagaimana termaktub
dalam al-Qur’an surat Lukman ayat 13 yang artinya: “Wahai anakku, jangan sekali-kali
engkau sekutukan Allah”. Demikianlah seharusnya orang tua,
memperhatikan betul bagaimana akidah anak-anaknya. Jangan sampai anak-anak terjerumus
dalam syirik yang termasuk dalam kategori dosa besar. Tanggung jawab terhadap
bahaya syirik ini menjadi tanggung jawab bersama bagi orang tua. Hal ini
berkaitan dengan firman Allah swt dalam surat at-Tahrim ayat 6 yang artinya: ”Wahai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat keras
yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Pendidikan
selanjutnya setelah penanaman akidah adalah pendidikan tentang berbakti kepada kedua
orang tua. Allah swt berfirman dalam surat
Lukman ayat 14: “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu bapakya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaKu
dan kedua ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu.” Dalam ayat
ini terlihat jelas bagaimana Islam sangat menjunjung tinggi etika, terutama etika
anak terhadap orang tua. Dalam rangka mendorong berbuat baik terhadap orang
tua, sampai-sampai al-Qur’an menyebutkan bagaimana kesulitan dan kepayahan
orang tua dalam mengasuh anak-anaknya, mulai dari mengandung, melahirkan dan menyusui.
Sebagai rasa terimakasih kita kepadanya, hendaknya kita berbuat baik kepada keduanya.
Selanjutnya,
pendidikan yang harus diajarakan kepada anak sesuai dengan Qur’an surat Lukman
ayat 16 adalah moral: ”Wahai anakku
bila ada kebaikan yang kamu kerjakan kecil (tidak nampak oleh pandangan mata),
yang kecil itu tersembunyi di puncak langit, di dasar bumi yang paling dalam
atau di tengah-tengah batu hitam sekalipun, Allah pasti akan mengetahuinya dan
pasti akan memberikan balasan yang seadil-adilnya”.
Ayat ini memberikan pemahaman kepada anak agar senantiasa berhati-hati
dalam berbuat, sebab apa yang dilakukan selalu diketahui oleh Allah dan akan dimintai
pertanggung jawabannya. Kemudian anak diajarkan tatanan hidup, sebagaimana
termaktub dalam surat Lukman ayat 17 yang artinya: “Wahai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpakamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal
yang diwajib kan oleh Allah.”
Setelah 4
dasar ini dimiliki anak, maka kemudian anak diajarkan berbagai disiplin ilmu
lain yang berguna yang pada akhirnya si anak menjadi generasi yang tangguh. Jangan
sampai generasi yang akan datang merupakan generasi yang lemah, baik lemah akidah,
lemah moral, lemah ekonomi maupun lemah ilmu pengetahuannya. Dalam
konteks ini, guru pertama bagi anak adalah ibu. Peranan ibu sangat besar, mulai
saat mengandung sampai dewasanya si anak. Oleh sebab itulah, sungguh sangat tepat
apa yang disampaikan Rasulullah saw dalam salah satu haditsnya: “Surga
berada di bawah telapak kaki ibu”. Sebuah bentuk ungkapan betapa luar
biasanya peranan seorang ibu. Jika kita ingin masuk surga, maka kita harus
menjunjung tinggi kehormatan ibu, kita harus ta’at dan takdzim pada ibu. Hal
ini juga sangat sinkron dengan hadits Rasulullah yang lain: “Seorang
laki-laki bertanya pada Rasulullah saw, “siapa yang harus aku hormati?”
Rasulullah menjawab: “ibumu” laki-laki itu bertanya lagi: “siapa lagi?” Rasulullah
menjawab: “ibumu” laki-laki itu bertanya lagi: “siapa lagi?” Rasulullah
menjawab: “ibumu” laki-laki itu bertanya lagi: “siapa lagi?” Rasulullah
menjawab: “ayahmu”.
Dalam kesempatan tulisan ini, kami
segenap crew bulletin Telaga Jiwa mengucapkan “SELAMAT HARI IBU”, semoga
kita dapat menjadi manusia yang mampu menunjukkan kasih sayang dan hormat pada
ibu, meskipun ada ungkapan “kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang
jalan.” Semoga Allah meridhai ibu-ibu kita semua. Aamiin… ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar