buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Minggu, 19 Februari 2017

PERAN AYAH DAN IBU



       Edisi 51 th VII : 23 Desember 2016 M / 23 Rabiul Awwal 1438 H
PERAN AYAH DAN IBU DALAM PENDIDIKAN ANAK
Penulis: ust. Mahfud, S.Pd.I (TPQ Miftahul Huda, Jenes)
Puji syukur pada Allah yang telah menciptakan segala sesuatu dengan ber-pasang-pasangan. Ada siang ada malam, ada matahari ada rembulan, ada bumi ada langit, ada kanan ada kiri, ada laki-laki dan ada juga perempuan. Semua itu tidak ada yang sia-sia, karena setiap segala sesuatu ada hikmahnya. Kemudian shalawat salam semoga tetap tercurah pada Nabi Muhammad saw, makhluk paling mulia di muka bumi ini yang pernah diciptakan oleh Allah swt.
 Kita tentu mengetahui bahwa ketakwaan merupakan perwujudan dari keimanan dalam dada. Aplikasi dari ketakwaan berupa segala macam bentuk ibadah. Sedangkan hasilnya adalah terwujudnya akhlakul karimah. Untuk itu diperlukan beragam sarana prasarana yang sekiranya dapat menunjang proses tersebut menuju kesuksesan. Salah satu faktor pentingnya adalah pendidikan dalam lingkungan keluarga. Dalam hal ini, peningkatan ketakwaan sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga terutama dalam membentuk keluarga sakinah seperti yang termaktub dalam al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 21 yang artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasa-anNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa nyaman kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu mawaddah (rasa cinta) dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”
Keluarga merupakan bagian kecil dari masyarakat. Masyarakat yang baik

merupakan kumpulan dari keluarga-keluarga yang baik. Keluarga yang baik adalah suatu keluarga yang dibangun atas dasar ketaatan terhadap Allah swt. Membangun keluarga semata-mata untuk meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah swt. Suatu keluarga yang selalu dilandasi dengan Al-Qur’an dan sunah akan mampu melahirkan manusia-manusia yang islami sebagaimana fitrahnya.
Di sinilah peranan pendidikan dalam keluarga sangat menentukan, bagaimana seorang ayah dan ibu mampu mendidik anak-anaknya menjadi manusia yang kuat dalam akidah, ekonomi, akhlaq serta ilmu pengetahuannya. Rasulullah saw bersabda dalam salah satu hadits yang artinya: “Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang Majusi.” (HR Muslim). Dari hadits ini dapat diambil kesimpulan bahwa orang tua sangat berperan dalam membentuk akidah anaknya. Contoh yang sangat baik telah ada, sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an surat Lukman ayat 13 yang artinya: “Wahai anakku, jangan sekali-kali engkau sekutukan Allah”. Demikianlah seharusnya orang tua, memperhatikan betul bagaimana akidah anak-anaknya. Jangan sampai anak-anak terjerumus dalam syirik yang termasuk dalam kategori dosa besar. Tanggung jawab terhadap bahaya syirik ini menjadi tanggung jawab bersama bagi orang tua. Hal ini berkaitan dengan firman Allah swt dalam surat at-Tahrim ayat 6 yang artinya: ”Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat keras yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
            Pendidikan selanjutnya setelah penanaman akidah adalah pendidikan tentang berbakti kepada kedua orang tua. Allah swt berfirman dalam surat Lukman ayat 14: “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapakya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaKu dan kedua ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu. Dalam ayat ini terlihat jelas bagaimana Islam sangat menjunjung tinggi etika, terutama etika anak terhadap orang tua. Dalam rangka mendorong berbuat baik terhadap orang tua, sampai-sampai al-Qur’an menyebutkan bagaimana kesulitan dan kepayahan orang tua dalam mengasuh anak-anaknya, mulai dari mengandung, melahirkan dan menyusui. Sebagai rasa terimakasih kita kepadanya, hendaknya kita berbuat baik kepada keduanya.
Selanjutnya, pendidikan yang harus diajarakan kepada anak sesuai dengan Qur’an surat Lukman ayat 16 adalah moral: Wahai anakku bila ada kebaikan yang kamu kerjakan kecil (tidak nampak oleh pandangan mata), yang kecil itu tersembunyi di puncak langit, di dasar bumi yang paling dalam atau di tengah-tengah batu hitam sekalipun, Allah pasti akan mengetahuinya dan pasti akan memberikan balasan yang seadil-adilnya”.

Ayat ini memberikan pemahaman kepada anak agar senantiasa berhati-hati dalam berbuat, sebab apa yang dilakukan selalu diketahui oleh Allah dan akan dimintai pertanggung jawabannya. Kemudian anak diajarkan tatanan hidup, sebagaimana termaktub dalam surat Lukman ayat 17 yang artinya: Wahai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpakamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajib kan oleh Allah.
Setelah 4 dasar ini dimiliki anak, maka kemudian anak diajarkan berbagai disiplin ilmu lain yang berguna yang pada akhirnya si anak menjadi generasi yang tangguh. Jangan sampai generasi yang akan datang merupakan generasi yang lemah, baik lemah akidah, lemah moral, lemah ekonomi maupun lemah ilmu pengetahuannya. Dalam konteks ini, guru pertama bagi anak adalah ibu. Peranan ibu sangat besar, mulai saat mengandung sampai dewasanya si anak. Oleh sebab itulah, sungguh sangat tepat apa yang disampaikan Rasulullah saw dalam salah satu haditsnya: “Surga berada di bawah telapak kaki ibu”. Sebuah bentuk ungkapan betapa luar biasanya peranan seorang ibu. Jika kita ingin masuk surga, maka kita harus menjunjung tinggi kehormatan ibu, kita harus ta’at dan takdzim pada ibu. Hal ini juga sangat sinkron dengan hadits Rasulullah yang lain: “Seorang laki-laki bertanya pada Rasulullah saw, “siapa yang harus aku hormati?” Rasulullah menjawab: “ibumu” laki-laki itu bertanya lagi: “siapa lagi?” Rasulullah menjawab: “ibumu” laki-laki itu bertanya lagi: “siapa lagi?” Rasulullah menjawab: “ibumu” laki-laki itu bertanya lagi: “siapa lagi?” Rasulullah menjawab: “ayahmu”.
Dalam kesempatan tulisan ini, kami segenap crew bulletin Telaga Jiwa mengucapkan “SELAMAT HARI IBU”, semoga kita dapat menjadi manusia yang mampu menunjukkan kasih sayang dan hormat pada ibu, meskipun ada ungkapan “kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan.” Semoga Allah meridhai ibu-ibu kita semua. Aamiin… ***










Tidak ada komentar:

Posting Komentar