Edisi 47 th VII : 25 November 2016 M / 25 Shafar 1438 H
SUBSTANSI MAKNA
SHALAT
Penulis:
Ust. Mahfud, S.Pd.I (TPQ Miftahul Huda, Jenes)
Puji syukur pada Allah swt yang telah
berfirman dalam al-Qur’an surat al-Kautsar ayat 1-2 yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan
kepadamu berupa nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan
berkorbanlah” Shalawat dan
salam semoga tetap tercurah pada nabi Muhammad saw sebagai pembawa kabar berita
yang paling baik dan terpercaya sepanjang masa.
Shalat adalah ibadah yang diawali
dengan takbiratul Ihram dan diakhiri dengan salam, dengan syarat dan rukun
tertentu. Menghadap Allah swt yang Maha Suci tentu dengan jiwa dan raga suci
pula. Ini mengajarkan kepada kita, hendaknya kita senantiasa mensucikan diri
lahir dan batin dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang senantiasa bersuci
adalah pribadi yang dicintai oleh Allah swt. Firman Allah swt dalam al-Qur’an
surat al-Baqarah ayat 222 yang artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri”. Kesucian jiwa juga
merupakan hal yang sangat penting dalam ajaran Islam. Adapun kesucian lahir
adalah keniscayaan sebagai umat manusia, namun begitu Islam juga tidak
ketinggalan menyeru kepada umatnya agar senantiasa menjaga kebersihan dan
keindahan lahir. Sesuai dengan hadits nabi Muhammad saw yang artinya: “Sesungguhnya
Allah itu indah dan mencintai keindahan”. Beginilah sebenarnya wajah
Islam penuh dengan keindahan. Indikasi kesucian lahir diajarkan dalam shalat,
sebelum shalat harus suci badan, pakaian dan tempatnya dari najis.
Penampilan
yang indah merupakan ajaran Islam. Penampilan yang rapi dan indah akan bernilai
ibadah. Penampilan yang indah akan menyenangkan orang lain. Menyenangkan orang
lain akan bernilai ibadah menurut islam. Islam mengajarkan pribadi ramah dan
santun. Rasulullah saw sebagai uswatun hasanah menampilkan perangai yang
indah. Wajah Rasulullah saw selalu manis, murah senyum dan menyenangkan orang
yang melihatnya. Wajah yang manis tak lain karena indahnya hati. Maka proses
pembersihan hati merupakan ajaran islam. Ini sudah diingatkan oleh Rasulullah
saw. Apabila hati baik, maka akan baik seluruh jasad. Sebab hati adalah
penuntun seluruh jasad. Sehingga apabila hati kotor akan menuntun jasad pada
hal-hal yang buruk, termasuk perangai wajah yang kecut dan sadis adalah bisa
dari buruknya hati.
Perkataan
yang santun dan lemah lembut sebagaimana ajaran Rasulullah saw adalah cermin
dari hati baik. Sebaliknya perkataan yang kasar, suka menghujat dan menghina
orang lain tak lain karena karena hatinya dikotori oleh syahwat dan ketakaburan.
Rasulullah saw adalah orang yang sangat terampil dalam menjaga lisan, jangan
sampai lisan ini menyakiti orang lain, atau jangan sampai lisan ini berkata
yang tidak benar. Zaman yang serba canggih dengan kemajuan teknologi dan
informasi, tak sedikit media yang begitu mudah diakses malah disalahgunakan
untuk mencaci, menghujat sesama manusia. Twitter, FB, WA dan lain- lain yang
sebenarnya bisa digunakan sebagai sarana dakwah dan perdamaian, justru dipergunakan
untuk permusuhan dan caci. Hendaknya kita menata hati agar tidak terkotori,
sebab hati yang kotor menimbulkan hal-hal yang buruk. Maka substansi yang
pertama dari shalat adalah senantiasa menjaga kesucian lahir dan batin.
Adapun
substansi yang kedua adalah rendah hati atau tawadhu’. Tidak merasa paling
suci, paling benar dan bahkan paling selamat dari kesalahan. Ini ditandai
dengan rukun shalat yang pertama yakni Takbiratul Ihram. Lafadz “Allahu
Akbar” yang artinya Allah maha besar. Ini adalah bentuk pengakuan dari
seorang hamba, bahwa sebenarnya tidak pantas bagi seorang hamba untuk sombong
sebab hakikatnya yang maha besar adalah Allah swt. Di hadapan Allah swt, hamba
sangatlah kecil tidak ada apa-apanya. Apabila “Allahu Akbar” senantiasa
terekam dalam sanubari manusia meskipun di luar shalat, tentu ini akan
memunculkan pribadi-pribadi yang rendah hati, bukan pribadi yang merasa paling
benar, yang apabila orang lain berbeda dengannya dianggap pasti bersalah.
Pribadi yang rendah hati inilah yang nantinya akan diangkat derajatnya oleh
allah swt. Sebagaimana sabda nabi Muhammad saw: Barang siapa yang rendah hati (tawadhu’), maka Allah akan mengangkat
(derajatnya). Derajat yang
tinggi di hadapan Allah tidak selalu identik dengan tingginya jabatan maupun
melimpahnya harta. Namun orang yang tinggi derajatnya, kelak akan dikenang oleh
orang lain sebagai pribadi yang baik dan mulia.
Orang yang
merasa paling benar, tidak sedikit memunculkan perbuatan yang sangat dilarang
oleh Allah swt. Para pembunuh sahabat Rasulullah saw dalam kekacauan politik
sejak fitnatul kubro, adalah orang yang rajin beribadah, namun tidak
mengerti makna yang substansial dari shalat umumnya dan takbiratul Ihram
khususnya. Sikap merasa paling benar memunculkan syahwat membunuh sebab
mengira membunuh merupakan solusi terbaik. Mereka beranggapan pelaku dosa besar
adalah kafir dan pantas dibunuh. Sebenarnya keyakinan semacam ini adalah
keyakinan yang melenceng dari kebenaran. Mari jangan hanya menjadikan shalat
sebagai ibadah formal dan penggugur kewajiban saja, lebih dari itu shalat
memberikan nasehat kepada kita untuk senantiasa rendah hati.
Kemudian
langsung menuju pada pesan yang cukup subtansial dari shalat yakni salam. Salam
adalah mendoakan agar orang lain selamat. Dengan mendoakan orang lain selamat
tentu kita juga akan mendapatkan doa dari orang lain pula. Ini artinya
hendaknya kita tidak egois, senang apabila orang lain celaka, tertawa apabila
mendapat kebaikan pada diri sendiri. Apabila ada orang lain yang menyakiti
kita, kita doakan agar mendapat hidayah.Keselamatan di dunia dan akhirat adalah
idaman setiap orang, namun demikian jangan sampai keselamatan ini sifatnya
tidak universal. Ingin selamat sendiri tapi orang lain celaka. Ini
untung tapi berbuat curang. Ingin sukses tapi merugikan orang lain. Ini
merupakan inti ajaran islam yang rahmatan lil alamin. Bukan rahmatan
lil muslimin. Bukan rohmatan lil insani. Begitulah wajah islam yang
sebenarnya. Dengan datangnya islam, tidak hanya kaum muslimin yang bersorak
gembira, namun seluruh manusia, hewan, gunung, pohon, laut dan seluruh alam
mendapatkan rahmat Islam. Adapun hati yang tidak mendapatkan jalan memasuki
hidayah akan merasa gundah dengan datangnya islam, hati kecil mengakui
kebenaran islam, namun nafsu telah membelenggu sehingga pintu hidayah tidak
terbuka baginya.
Semoga Allah
melapangkan hati kita, memudahkan urusan kita, menuntun kita dalam jalan yang
lurus dan sesuai dengan substansi shalat yang setiap hari kita laksanakan.
Semoga shalat kita tidak sia-sia dan semoga shalat kita mendapat rahmat dari
Allah swt. Aamiin …
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar