Edisi 48 th VII : 02 Desember 2016 M / 02 Rabiul Awwal
1438 H
TANGGUNGJAWAB PEMIMPIN
Penulis:
Ust. Marsudi, S.Pd.I (TPQ al-Mukmin,
Bangunsari)
Segala puji hanyalah bagi Allah swt yang
telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 30: “Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Kemudian shalawat
dan salam semoga tetap terlimpahkan pada Nabi Muhammad saw sebagai sebaik-baik
suri tauladan yang telah memberikan tuntunan bagaimana cara menjadi khalifah
yang benar sesuai dengan syari’at.
Tujuan dari penciptaan manusia
dan hikmah menurunkannya ke muka bumi tak lain adalah menjadikan manusia
sebagai khalifah di planet ini. Islam yang datang sebagai rahmatan
lil ‘alamin dan penyempurna ajaran-ajaran sebelumnya telah mengatur segala
hal yang berkaitan dengan tugas-tugas umat manusia sebagai khalifah di
bumi. Al-Qur’an yang diturunkan sebagai kitab pedoman sudah menjelaskan
batasan-batasannya, baik secara global maupun terperinci. Konsep rahmatan
lil ‘alamin tentunya menjadi point tersendiri, karena jika disinkronkan
dengan konsep khalifah maka wujud dari konsep rahmatan lil ‘alamin merupakan
hasil karakter asli dari khalifah tersebut.
Konsep
khalifah memang lebih global dibanding konsep ra’in, meski dua
kata tersebut sama-sama ditafsirkan sebagai pemimpin. Dalam konsep ra’in, setiap orang merupakan pemimpin
sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah
أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ عَلَيْهِمْ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya: “setiap
orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas
kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggung jawaban
perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga
yang dipimpinnya. Seorang isteri akan ditanya perihal tanggungjawab rumah
tangga dan mendidik anaknya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang
bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang
dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan
jawab) dari hal-hal yang dipimpinnya.” (HR Bukhari dan Muslim). Dalam
khazanah ke-kini-an, kita akan menemukan banyak sekali pemerintahan, lembaga
maupun organisasi masyarakat. Kesemuanya membutuhkan sosok seorang pemimpin
untuk membawa apa yang dipimpinnya menuju tujuan bersama. Oleh karena itu,
sangat penting kiranya jika kita memperhatikan perihal “pemimpin”.
#Pemimpin yang baik adalah yang mempermudah urusan
yang dipimpinnya.
سَمِعْتُ
مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي بَيْتِي
هَذَا اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ
فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ
فَارْفُقْ بِهِ
‘Aisyah ra berkata: saya telah mendengar Rasulullah
saw bersabda di rumahku ini: “ya Allah, siapa yang menguasai sesuatu dari
urusan umatku, lalu mempersulit pada mereka, maka persulitlah baginya (atas
segala urusannya). Dan siapa yang mengurusi umatku lalu berlemah
lembut pada mereka, maka permudahlah baginya (segala urusannya).” (HR Muslim). Dalam konsep inilah sesungguhnya kita bisa melihat bahwa ajaran agama
Islam melarang segala macam kerumitan birokrasi maupun administrasi
sebuah lembaga atau organisasi.
Banyak orang ingin dipermudah segala urusannya. Oleh karena itu, pemimpin yang
baik selayaknya membuat berbagai macam kebijakan yang mempermudah dan
mempercepat berbagai fasilitas pelayanan bagi yang dipimpinnya. Jargon “kalau
bisa dipersulit kenapa dipermudah” sudah waktunya dibuang jauh-jauh.
#Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang adil.
إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ
Rasulullah saw
bersabda: “Sesungguhnya
manusia yang paling dicintai Allah pada hari kiamat dan yang paling dekat kedudukannya di sisi Allah adalah seorang pemimpin yang
adil. Sedangkan orang yang paling dibenci Allah dan sangat jauh dari Allah adalah seorang pemimpin yang
zalim.”
(HR at-Tirmidzi). Berlaku adil bukanlah berlaku
menyamaratakan, tapi lebih tepatnya berlaku secara proporsional. Jika adil,
maka seorang pemimpin tidak akan terlalu condong hanya pada sekelompok orang
yang telah nyata memilihnya sebagai pemimpin. Dia akan berlaku proporsional
baik bagi pendukungnya maupun bukan pendukungnya. Hal ini karena secara de
jure maupun de facto, dia merupakan pemimpin bagi semua orang
yang dipimpinnya.
#Pemimpin yang baik adalah yang mendapat taufik
hidayah dari Allah.
أَهْلُ الْجَنَّةِ ثَلَاثَةٌ ذُو سُلْطَانٍ مُقْسِطٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ وَرَجُلٌ رَحِيمٌ رَقِيقُ الْقَلْبِ لِكُلِّ ذِي قُرْبَى وَمُسْلِمٍ وَعَفِيفٌ مُتَعَفِّفٌ ذُو عِيَالٍ
“Ahli surga ada tiga macam: raja (pemimpin) yang adil mendapat
taufiq hidayah
(dari Allah).
Dan orang belas kasih lunak hati pada sanak kerabat dan orang muslim. Dan orang
miskin berkeluarga yang tetap menjaga kesopanan dan kehormatan diri.” (HR Muslim). Konsep hadits ini bersifat ganda, dalam artian bahwa surga yang dimaksud
bisa merupakan surga di dunia sekaligus surga di akhirat. Tiga macam orang
dalam hadits tersebut (salah satunya adalah pemimpin yang adil) akan menikmati
kehidupan dunia yang ayem tentrem laksana surga. Pemimpin yang adil dan
jujur tak perlu takut dengan pihak lain yang berseberangan. Bahkan tak perlu takut dengan ancaman rongrongan
dari pihak dalam. Karena
secara logika, jika seorang pemimpin telah berbuat jujur dan adil, maka tak
akan ada celah untuk menyalahkan dan menggoyahkannya. Dan itu karena taufik
hidayah Allah semata.
Sekelumit
tulisan ini untuk mengingatkan kita bahwa kita harus mampu menjadi pemimpin
yang ideal, tak peduli apapun yang kita pimpin, mungkin sebuah organisasi atau
lingkungan RT, bahkan meskipun kita hanya memimpin diri dan jiwa kita sendiri. Selain
itu, marilah kita berdoa semoga
siapapun yang saat ini menjadi pemimpin kita, maka dia merupakan yang terbaik bagi kita semua.
Aamiin. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar