buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Minggu, 19 Februari 2017

TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN



       Edisi 48 th VII : 02 Desember 2016 M / 02 Rabiul Awwal 1438 H
TANGGUNGJAWAB PEMIMPIN
Penulis: Ust. Marsudi, S.Pd.I (TPQ al-Mukmin, Bangunsari)
 Segala puji hanyalah bagi Allah swt yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 30: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Kemudian shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan pada Nabi Muhammad saw sebagai sebaik-baik suri tauladan yang telah memberikan tuntunan bagaimana cara menjadi khalifah yang benar sesuai dengan syari’at.
Tujuan dari penciptaan manusia dan hikmah menurunkannya ke muka bumi tak lain adalah menjadikan manusia sebagai khalifah di planet ini. Islam yang datang sebagai rahmatan lil ‘alamin dan penyempurna ajaran-ajaran sebelumnya telah mengatur segala hal yang berkaitan dengan tugas-tugas umat manusia sebagai khalifah di bumi. Al-Qur’an yang diturunkan sebagai kitab pedoman sudah menjelaskan batasan-batasannya, baik secara global maupun terperinci. Konsep rahmatan lil ‘alamin tentunya menjadi point tersendiri, karena jika disinkronkan dengan konsep khalifah maka wujud dari konsep rahmatan lil ‘alamin merupakan hasil karakter asli dari khalifah tersebut.

            Konsep khalifah memang lebih global dibanding konsep ra’in, meski dua kata tersebut sama-sama ditafsirkan sebagai pemimpin. Dalam konsep ra’in, setiap orang merupakan pemimpin sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah

أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ عَلَيْهِمْ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Artinya: “setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggung jawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri akan ditanya perihal tanggungjawab rumah tangga dan mendidik anaknya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) dari hal-hal yang dipimpinnya.” (HR Bukhari dan Muslim). Dalam khazanah ke-kini-an, kita akan menemukan banyak sekali pemerintahan, lembaga maupun organisasi masyarakat. Kesemuanya membutuhkan sosok seorang pemimpin untuk membawa apa yang dipimpinnya menuju tujuan bersama. Oleh karena itu, sangat penting kiranya jika kita memperhatikan perihal “pemimpin”.
#Pemimpin yang baik adalah yang mempermudah urusan yang dipimpinnya.
سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي بَيْتِي هَذَا اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ
‘Aisyah ra berkata: saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda di rumahku ini: “ya Allah, siapa yang menguasai sesuatu dari urusan umatku, lalu mempersulit pada mereka, maka persulitlah baginya (atas segala urusannya). Dan siapa yang mengurusi umatku lalu berlemah lembut pada mereka, maka permudahlah baginya (segala urusannya). (HR Muslim). Dalam konsep inilah sesungguhnya kita bisa melihat bahwa ajaran agama Islam melarang segala macam kerumitan birokrasi maupun administrasi sebuah lembaga atau organisasi. Banyak orang ingin dipermudah segala urusannya. Oleh karena itu, pemimpin yang baik selayaknya membuat berbagai macam kebijakan yang mempermudah dan mempercepat berbagai fasilitas pelayanan bagi yang dipimpinnya. Jargon “kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah” sudah waktunya dibuang jauh-jauh.
#Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang adil.

إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ








Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya manusia yang paling dicintai Allah pada hari kiamat dan yang paling dekat kedudukannya di sisi Allah adalah seorang pemimpin yang adil. Sedangkan orang yang paling dibenci Allah dan sangat jauh dari Allah adalah seorang pemimpin yang zalim. (HR at-Tirmidzi). Berlaku adil bukanlah berlaku menyamaratakan, tapi lebih tepatnya berlaku secara proporsional. Jika adil, maka seorang pemimpin tidak akan terlalu condong hanya pada sekelompok orang yang telah nyata memilihnya sebagai pemimpin. Dia akan berlaku proporsional baik bagi pendukungnya maupun bukan pendukungnya. Hal ini karena secara de jure maupun de facto, dia merupakan pemimpin bagi semua orang yang dipimpinnya.
#Pemimpin yang baik adalah yang mendapat taufik hidayah dari Allah.

أَهْلُ الْجَنَّةِ ثَلَاثَةٌ ذُو سُلْطَانٍ مُقْسِطٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ وَرَجُلٌ رَحِيمٌ رَقِيقُ الْقَلْبِ لِكُلِّ ذِي قُرْبَى وَمُسْلِمٍ وَعَفِيفٌ مُتَعَفِّفٌ ذُو عِيَالٍ

“Ahli surga ada tiga macam: raja (pemimpin) yang adil mendapat taufiq hidayah (dari Allah). Dan orang belas kasih lunak hati pada sanak kerabat dan orang muslim. Dan orang miskin berkeluarga yang tetap menjaga kesopanan dan kehormatan diri. (HR Muslim). Konsep hadits ini bersifat ganda, dalam artian bahwa surga yang dimaksud bisa merupakan surga di dunia sekaligus surga di akhirat. Tiga macam orang dalam hadits tersebut (salah satunya adalah pemimpin yang adil) akan menikmati kehidupan dunia yang ayem tentrem laksana surga. Pemimpin yang adil dan jujur tak perlu takut dengan pihak lain yang berseberangan. Bahkan tak perlu takut dengan ancaman rongrongan dari pihak dalam. Karena secara logika, jika seorang pemimpin telah berbuat jujur dan adil, maka tak akan ada celah untuk menyalahkan dan menggoyahkannya. Dan itu karena taufik hidayah Allah semata.
            Sekelumit tulisan ini untuk mengingatkan kita bahwa kita harus mampu menjadi pemimpin yang ideal, tak peduli apapun yang kita pimpin, mungkin sebuah organisasi atau lingkungan RT, bahkan meskipun kita hanya memimpin diri dan jiwa kita sendiri. Selain itu, marilah kita berdoa semoga siapapun yang saat ini menjadi pemimpin kita, maka dia merupakan yang terbaik bagi kita semua. Aamiin. ***




Tidak ada komentar:

Posting Komentar