Edisi 04 th IX : 26 Januari 2018 M / 09
Jumadil Awwal 1439 H
IKHLAS SEDEKAH
Penulis:
Marsudi, S.Pd.I (TPQ al-Mukmin, Bangunsari)
Puji syukur pada Allah swt yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat
az-Zalzalah ayat 7 dan 8 yang artinya “Maka barang siapa yang berbuat kebaikan
meski hanya seberat dzahrah (seperti biji sawi) niscaya ia akan melihat
(balasan)nya. Dan barang siapa yang berbuat keburukan meski hanya seberat
dzahrah (seperti biji sawi) niscaya ia akan melihat (balasan)nya pula.” Shalawat dan salam semoga tetap tercurah
pada nabi Muhammad s.a.w. yang telah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dan
menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Mencermati isi ayat di atas,
tentunya kita harus lebih berhati-hati lagi agar mampu menjaga diri dari segala
macam tipu daya dunia ini. Karena memang dunia bersifat mata’ul ghurur,
kesenangan yang menipu. Apalagi di dunia ini syetan pun diberi kesempatan untuk
menggoda kita dari segala arah, sehingga jiwa kita sering kali maju-mundur tak
tentu arah. Syetan itupun bisa dari bangsa jin yang membisiki hati sehingga
mengalami keraguan dalam mentaati Allah dan RasulNya, atau juga syetan dari
bangsa manusia yang mengajak kita untuk berbuat keburukan atas nama teman atau
persaudaraan ataupun karena ada kesempatan. Maka hal yang terbaik bagi kita
adalah menjadikan dunia ini sebagai mazra’atul akhirah, sebagai ladang
akhirat tempat kita menanam kebaikan agar dapat panen pahala. Kebaikan yang kita tanam selama
hidup di dunia ini pun harus kita lakukan dengan penuh kehati-hatian. Boleh jadi kebaikan tersebut tidak berbuah
sebagaimana mestinya karena memang benihnya jelek, atau bisa jadi karena
dimakan hama penyakit hati.
Berangkat
dari kehati-hatian dalam berbuat kebaikan agar bisa panen pahala kelak di
akhirat, maka kali ini kita mengambil contoh tentang sedekah. Sedekah adalah
salah satu wujud gerakan kebaikan yang bisa diimplementasikan dalam berbagai
macam teknik. Kita bisa bersedekah dengan uang, dengan benda, dengan tulisan,
dengan ilmu, bahkan dengan seuntai senyuman dan wajah berseri. Dari berbagai
teknik sedekah ini, jika kita bertanya pada orang yang bersedekah tersebut, apakah
melakukan dengan ikhlas ataukah tidak, maka sudah pasti akan dijawab ya ikhlas.
Dalam konsep ikhlas inilah kita perlu
kehati-hatian. Sesungguhnya hanya Allah dan diri kita sendirilah yang
mengetahui tentang tingkat keikhlasan sedekah yang kita lakukan. Konsep
“ikhlas” ini memang mudah didefinisikan dan dibuat teori, namun sungguh sangat
sulit untuk diimplementasikan. Banyak hal yang kemudian bisa kita jadikan
renungan untuk diri kita sendiri. Ketika kita bersedekah mentraktir kawan saat
ngopi di warung, apakah sudah tergolong ikhlas? Apakah saat kita sedekah mbecek
memasukkan amplop ke kotak resepsi pernikahan sudah tergolong ikhlas?
Apakah saat kita bersedekah makanan ke tetangga sudah tergolong ikhlas? Apakah
saat kita bersedekah dengan harta saat kita jatuh bangkrut itu sudah tergolong
ikhlas? Dan apakah apakah lainnya. Sungguh, kami yang menulis ini pun belum
mampu mencapai tingkatan ikhlas yang semestinya. Tapi setidaknya, kita bisa
belajar bersama melalui secuil tulisan ini, belajar mencermati sebuah hadits
Rasulullah s.a.w.
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَعُدْ فِي
صَدَقَتِكَ
Artinya: Dari Umar bin Khaththab r.a, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda, "Janganlah
kamu menuntut balik sedekah yang telah kamu keluarkan." (Muttafaq
'alaih)
Hadits
ini disepakati oleh para ahli hadits sehingga dapat dipertanggung jawabkan
tingkat keshahihannya. Larangan yang disampaikan dalam hadits ini tentu dapat
dipahami oleh tiap orang dengan perspektif yang berbeda sesuai keilmuan dasar
sudut pandangnya. Bagi ahli fiqh, tentu akan memaknai dan memahami sesuai
dasar-dasar fiqh yang kredibel. Sedangkan bagi ahli tasawuf, tentu akan
memaknai dengan sudut pandang yang sedikit berbeda. Namun point dari berbagai
sudut pandang terhadap kajian hadits tersebut di atas tetaplah sama, yaitu
tentang “ikhlas”. Alangkah indahnya sebuah keikhlasan dan alangkah buruknya
ketidak ikhlasan. Hadits berikut ini bisa jadi penjelas bagi hadits di atas:
حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
الْعَبَّاسِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَثَلُ الَّذِي يَتَصَدَّقُ ثُمَّ يَرْجِعُ فِي صَدَقَتِهِ مَثَلُ الْكَلْبِ
يَقِيءُ ثُمَّ يَرْجِعُ فَيَأْكُلُ قَيْئَهُ
Artinya: Dari Abdullah bin Abbas r.a, ia berkata bahwa Rasulullah s.a.w bersabda, "Perumpamaan orang
yang bersedekah kemudian menuntut balik sedekahnya adalah seperti seekor anjing
yang muntah kemudian memakan kembali muntahnya tersebut" (HR
Ibnu Majah)
Sungguh sangat menjijikkan
perumpamaan yang diambil dari hadits ini. Kita tentu yakin bahwa semua orang
akan sangat jijik dengan perumpamaan tersebut. Oleh karenanyalah, kita harus
sangat hati-hati dalam sedekah yang kita lakukan. Sedikit ataupun banyak, ketidak
ikhlasan dalam hati kita dalam bersedekah, tentu akan berimbas pada hal yang
akan kita terima sebagai balasan dari Allah. Jika kita mencermati kedua hadits
tersebut di atas, selayaknya menjadi pelecut semangat kita untuk terus
memperbaiki kualitas maupun kuantitas sedekah kita. Boleh jadi dalam salah satu
kegiatan sedekah kita terdapat ketidak ikhlasan serta mengharap balasan, karena
hal ini memang manusiawi sekali, sedangkan kita memang sekedar manusia biasa
yang bukan sekelas Nabi. Namun boleh jadi juga dalam kegiatan sedekah lain,
kita telah mampu ikhlas seikhlas-ikhlasnya sehingga tercatat sebagai sedekah
murni yang mampu menutupi sedekah-sedekah lainnya yang kurang murni.
Sebagai penguat bagi kita
untuk tetap rajin bersedekah dan belajar ikhlas dalam bersedekah adalah hadits Rasulullah
yang artinyat: Dari Mu'adz bin Jabal r.a. berkata, bahwa Nabi s.a.w.
telah bersabda: "Ya Mu'adz, bersediakah kamu sekiranya aku tunjukkan kepadamu
pintu-pintu kebaikan?" Jawabku: "Ya Rasulullah, saya bersedia
menerimanya." Lalu Rasulullah bersabda: "Puasa adalah penangkal neraka,
sedangkan sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air dapat mematikan api." (HR. Tirmidzi). Dalam
konsep inilah kita bisa mengambil gambaran bahwa sedekah kita yang ikhlas akan
membawa keberuntungan yang luar biasa bagi kita dalam rangka membersihkan diri
dari berbagai macam noda hitam kehidupan ini.
Semoga Allah meringankan
langkah-langkah kita dan melapangkan hati kita untuk terus berusaha memperbaiki
diri dalam kualitas dan kuantitas ibadah kita sebagai makhluk yang berupa
manusia tidak sempurna ini. Semoga Allah meridhai kita … aamiin.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar