buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Jumat, 15 Juni 2018

MENCARI NAFKAH


   Edisi 09 th IX : 9 Maret 2018 M / 21 Jumadil Akhir 1439 H
MENCARI NAFKAH
Penulis: Kinanti Sonyaning Ratri (Bangunsari)
Segala puji hanyalah milik Allah SWT, yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Jumu’ah ayat 9-10 yang artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, sang suri tauladan bagi seluruh umat manusia, sang revolusioner sejati yang mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
Jika kita mencermati ayat ke 9-10 dari surat al-Jumu’ah di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa ketika kita hidup di dunia ini, kita diperintahkan untuk beribadah (shalat) dan juga bekerja (dalam ayat tersebut disebutkan jual-beli). Apakah ayat ini bertentangan dengan surat adz-Dzariyat ayat 56 yang artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (beribadah) kepada-Ku.” Dalam ayat ini, disebutkan bahwa manusia itu hanya diperintahkan untuk mengabdi beribadah saja. Padahal di surat al-Jumu’ah ada menyinggung bab bekerja. Dua dalil yg sekilas tidak klop ini ternyata sungguh sangat klop sekali. Pada hakikatnya jual beli serta bertebaran di muka bumi untuk bekerja mencari nafkah itu bisa dikategorikan dalam mengabdi pada Allah.

            Kita sebagai manusia, memang wajib untuk berupaya untuk “bertahan hidup” guna mengabdikan diri beribadah pada Allah. Segala upaya yang kita lakukan dengan penuh pengorbanan dan cucuran keringat, akan bernilai ibadah jika niat kita lurus pada jalan Allah. Upaya yang kita lakukan inilah yang lazim kita sebut sebagai “bekerja mencari nafkah”. Banyak dalil tentang kemuliaan orang bekerja mencari nafkah, diantaranya adalah hadits berikut ini:

عَنْ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِيكَرِبَ الزُّبَيْدِيِّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا كَسَبَ الرَّجُلُ كَسْبًا أَطْيَبَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَمَا أَنْفَقَ الرَّجُلُ عَلَى نَفْسِهِ وَأَهْلِهِ وَوَلَدِهِ وَخَادِمِهِ فَهُوَ صَدَقَةٌ
Artinya: Dari Miqdam bin Ma'dikarib Az-Zubaidi, dari Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seseorang mendapatkan sesuatu yang lebih baik daripada yang ia dapat dari hasil usahanya sendiri. Dan apa yang dinafkahkan oleh seseorang untuk dirinya, keluarganya, anaknya, dan pelayannya adalah (bernilai) sedekah. " (HR Ibnu Majah)
            Lalu jika kita sudah bekerja mencari nafkah, apakah kita boleh kaya? Tentu saja boleh. Islam sangat mendukung seseorang untuk menjadi kaya. Rukun Islam tentang zakat dan haji itu jelas membutuhkan kekayaan. Kemudian dalam hadits Rasulullah tentang amal yang tiada putus pahalanya itu yang pertama adalah shadaqah jariyah, dan jelas membutuhkan kekayaan juga. Maka dalam konsep inilah, Islam sangat mendukung umatnya untuk menjadi kaya melalui bekerja. Namun menjadi orang kaya ini wajib dilandasi dengan ketaqwaan sebagaimana hadits ini:

عَنْ مُعَاذِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خُبَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَمِّهِ قَالَ كُنَّا فِي مَجْلِسٍ فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى رَأْسِهِ أَثَرُ مَاءٍ فَقَالَ لَهُ بَعْضُنَا نَرَاكَ الْيَوْمَ طَيِّبَ النَّفْسِ فَقَالَ أَجَلْ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ أَفَاضَ الْقَوْمُ فِي ذِكْرِ الْغِنَى فَقَالَ لَا بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنْ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنْ اتَّقَى خَيْرٌ مِنْ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنْ النَّعِيمِ
Artinya: Dari Abdullah bin Khubaib, dari pamannya, ia berkata, "Ketika kami tengah berada dalam sebuah perkumpulan (majelis), kemudian Rasulullah datang dengan bercak sisa air di kepalanya. Lalu seseorang di antara kami menyapa, 'Kami lihat hari ini engkau sungguh bahagia.' Rasulullah menjawab, 'Benar, dan puji syukur kepada Allah.' Kemudian ada sekelompok orang yang mengulas soal kekayaan. Maka Rasulullah bersabda, "Tidak mengapa dengan kekayaan bagi orang yang bertaqwa, dan kesehatan bagi orang yang bertaqwa adalah lebih baik daripada kekayaan, dan jiwa yang tenteram adalah bagian dari kenikmatan." (HR Ibnu Majah)

            Jika kemudian kita menjadi kaya ataukah tidak kaya setelah melakukan kerja keras, maka sesungguhnya hal tersebut bukan sesuatu yang menjadi mutlak atas kekuatan kita. Karena segala sesuatu tetaplah Allah yang menentukan. Sebagaimana banyak disampaikan oleh alim ulama bahwa rizki, jodoh dan ajal merupakan hak prerogratif Allah atas kita sebagai makhluk-Nya. Oleh karenanya apapun hasil dari kerja keras kita, maka kita pasrahkan pada Allah. Adapun proses kerja keras tersebut harus sesuai dengan jalur yang digariskan oleh syari’at agama Islam. Bahkan kita akan mendapatkan banyak fadhilah jika kita mengacu pada hal tersebut. Salah satu contoh sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini
قَالَ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَدْخَلَ اللَّهُ الْجَنَّةَ رَجُلًا كَانَ سَهْلًا بَائِعًا وَمُشْتَرِيًا
Artinya: Dari Utsman bin Affan, Rasulullah SAW bersabda, "Allah memasukkan ke dalam surga, seseorang yang bersikap mudah saat menjual dan membeli." (HR Ibnu Majah).

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحِمَ اللَّهُ عَبْدًا سَمْحًا إِذَا بَاعَ سَمْحًا إِذَا اشْتَرَى سَمْحًا إِذَا اقْتَضَى
Artinya: Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, "Allah akan merahmati seorang hamba yang berlaku toleran dalam berdagang, atau toleran saat membeli, dan toleran saat mengadili (menuntut haknya)." (HR Bukhari)
            Dua hadits di atas menunjukkan betapa mulia sebuah pekerjaan (dalam contohnya adalah berdagang, namun dalam konteksnya bisa semua jenis pekerjaan) jika dilakukan sesuai tuntunan agama. Balasannya pun berupa rahmat dan surga. Tentu saja hal ini akan berlaku kebalikan jika pekerjaan tersebut tidak dilakukan sesuai tuntunan agama.
            Semoga Allah memudahkan segala upaya kita dalam mencari nafkah. Aamiin.
***









Tidak ada komentar:

Posting Komentar