buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Jumat, 15 Juni 2018

PERKARA YANG MERUSAK


   Edisi 10 th IX : 16 Maret 2018 M / 28 Jumadil Akhir 1439 H
PERKARA-PERKARA YANG MERUSAK
Penulis: Herul Sabana, S.E (Mayak, Tonatan)
Marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Dengan demikian semoga kita masuk kategori manusia yang istiqomah dalam ketakwaan kepada Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada nabi Muhammad SAW yang telah memberikan berbagai motivasi dan suri tauladan pada segenap umat manusia dan menjadi cahaya bagi semesta raya.
 Sebuah hadits menceritakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: "Ada tiga perkara yang membinasakan (merusak manusia), yaitu: kikir yang ditaati, hawa nafsu yang dituruti, dan kagum terhadap dirinya sendiri (ujub)". Tiga perkara tersebut semuanya merupakan sifat tercela. Kikir atau bakhil jika melekat pada seseorang yang beriman maka mengindikasikan betapa rapuhnya kadar keimanan orang tersebut. Ada penguatan tentang hal ini berdasarkan riwayat dari Abu Sa’id r.a. yang berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda: “Ada dua tabi’at yang tidak dapat bersatu dalam diri orang beriman yaitu bakhil dan akhlak yang buruk” (HR Tirmidzi). Dari hadits ini kita bisa mencermati tentang kualitas iman seseorang. Dengan demikian kesempurnaan iman seseorang akan bisa ditunjukkan dengan tidak adanya sifat bakhil pada dirinya. Betapa meruginya orang yang bersifat bakhil kikir sebab ia jauh dari manusia juga jauh dari Allah SWT. Sementara di akhirat, orang kikir

atau bakhil akan dimintai pertanggungjawaban mengenai hartanya, bagaimana cara ia mentasyarufkannya. Orang yang mempunyai sifat bakhil mengira bahwa apa yang ia lakukan adalah hal yang baik baginya, namun sebenarnya kebakhilan itu akan mendatangkan azab di akhirat kelak. Allah swt telah memberikan peringatan melalui al-Qur’an surat Ali Imran ayat 180 yang artinya: “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Perkara merusak atau membinasakan berikutnya adalah hawa nafsu yang diikuti. Hawa nafsu merupakan hal yang senantiasa ada pada mahluk hidup, baik manusia maupun hewan. Oleh karenanya setiap mahluk hidup tidak dapat menghi-langkan hawa nafsu dari kehidupannya. Hawa nafsu atau keinginan yang mendasar adalah keinginan untuk mempertahankan hidup dengan makan, minum, bersosialisa-si dan lain sebagainya. Agama Islam sudah memberikan konsep panduan tentang bagaimana keinginan-keinginan itu dapat disalurkan dengan cara-cara yang baik. Hal ini karena apabila hawa nafsu atau keinginan itu diwujudkan dengan cara yang tidak baik maka akan merusak kehidupan manusia sehingga merusak keseimbangan. Contoh perihal hawa nafsu atau keinginan untuk makan dan minum. Sebagaimana petunjuk dalam agama Islam, hal ini haruslah dilakukan dengan makan atau minum yang halal dan baik. Tentunya makan dan minum sesuatu yang haram dan tidak baik akan merusak tubuh dan menimbulkan reaksi berbagai macam penyakit. Selain itu berimbas juga pada kehidupan rohaninya, di mana jiwanya menjadi tidak muthmainnah sehingga tidak akan masuk dalam golongan hamba Allah yang mendapat keridloan-Nya. Al-Qur’an melalui surat al-Jaatsiyah ayat 23 yang artinya: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” Jelaslah melalui ayat ini bahwa jika hawa nafsu terus dituruti tanpa terkontrol, maka yang ada hanyalah kegelapan ruhani yang menutup kebenaran dan petunjuk Allah.
Adapun sifat ujub atau menyombongkan diri sendiri juga merupakan sifat tercela yang dilarang oleh Allah. Hal ini karena sifat ujub hanya akan menjerumuskan kepada kesengsaraan serta keburukan seperti halnya iblis dikeluarkan dari surga akibat dari kesombongannya. Berbagai kenikmatan diterima oleh iblis sebelumnya ketika berada di surga, langsung hilang musnah berganti laknat hanya karena sifatnya

ujub. Agar menjadi pelajaran bagi segenap manusia, maka peristiwa tersebut diabadikan dalam al-Qur’an surat al-A’raaf Ayat 12-13 yang artinya: “Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Iblis menjawab: “aku lebih baik darinya, Engkau ciptakan aku dari api sedang Engkau menciptakan dia dari tanah”. Allah pun berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina”. Demikianlah iblis dengan sifat sombong telah menjerumuskannya pada laknat Allah dan telah berakibat ditetapkannya iblis sebagai penghuni neraka yang abadi.
         Satu kisah lagi yang dapat dijadikan pelajaran adalah kisah Karun yang menyombongkan diri dengan harta yang dimilikinya. Kisahnya termuat dalam al-Qur’an surat al-Qashas ayat 79 yang artinya: “Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya, lalu orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia pun berkata: "moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun, sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar". Karun begitu percaya diri dengan menyatakan bahwa semua hartanya merupakan hasil jerih payahnya semata, bukan karena kemurahan Allah padanya. Sifat menyombongkan dirinya terlalu berlebihan sampai batas yang tidak sewajarnya. Namun akibat dari sifat ujub Karun yang membanggakan hartanya, maka keburukanlah yang menimpanya sebagaimana diceritakan dalam  surat al-Qashas ayat 81 yang artinya: “Maka Kami benamkan Karun beserta hartanya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).”
          Demikianlah tiga perkara yang dapat merusak dan membinasakan manusia dalam kehinaan. Perkara-perkara ini harus kita hindari secara mutlak. Semoga kita terhindar dari ketiganya dan senantiasa dalam penjagaan serta perlindungan Allah SWT. Aamiin …              
***












Tidak ada komentar:

Posting Komentar