Edisi 10 th IX : 16 Maret 2018 M / 28
Jumadil Akhir 1439 H
PERKARA-PERKARA
YANG MERUSAK
Penulis:
Herul Sabana, S.E (Mayak, Tonatan)
Marilah kita senantiasa
meningkatkan keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT, dengan menjalankan segala
perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Dengan demikian semoga kita
masuk kategori manusia yang istiqomah dalam ketakwaan kepada Allah SWT,
sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Shalawat dan salam
semoga tetap tercurah pada nabi Muhammad SAW yang telah memberikan berbagai
motivasi dan suri tauladan pada segenap umat manusia dan menjadi cahaya bagi
semesta raya.
Sebuah hadits menceritakan bahwa Rasulullah SAW
telah bersabda: "Ada tiga perkara yang membinasakan (merusak
manusia), yaitu: kikir yang ditaati, hawa nafsu yang dituruti, dan kagum
terhadap dirinya sendiri (ujub)". Tiga perkara tersebut semuanya
merupakan sifat tercela. Kikir atau bakhil jika melekat pada seseorang yang
beriman maka mengindikasikan betapa rapuhnya kadar keimanan orang tersebut. Ada
penguatan tentang hal ini berdasarkan riwayat dari Abu Sa’id r.a. yang berkata
bahwa Rasulullah SAW. bersabda: “Ada dua tabi’at yang tidak dapat bersatu
dalam diri orang beriman yaitu bakhil dan akhlak yang buruk” (HR
Tirmidzi). Dari hadits ini kita bisa mencermati tentang kualitas iman
seseorang. Dengan demikian kesempurnaan iman seseorang akan bisa ditunjukkan
dengan tidak adanya sifat bakhil pada dirinya. Betapa meruginya orang yang bersifat
bakhil kikir sebab ia jauh dari manusia juga jauh dari Allah SWT. Sementara di
akhirat, orang kikir
atau bakhil akan dimintai
pertanggungjawaban mengenai hartanya, bagaimana cara ia mentasyarufkannya.
Orang yang mempunyai sifat bakhil mengira bahwa apa yang ia lakukan adalah hal
yang baik baginya, namun sebenarnya kebakhilan itu akan mendatangkan azab di
akhirat kelak. Allah swt telah memberikan peringatan melalui al-Qur’an surat
Ali Imran ayat 180 yang artinya: “Sekali-kali janganlah orang-orang yang
bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka
bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk
bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya
di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan
di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Perkara
merusak atau membinasakan berikutnya adalah hawa nafsu yang diikuti. Hawa nafsu
merupakan hal yang senantiasa ada pada mahluk hidup, baik manusia maupun hewan.
Oleh karenanya setiap mahluk hidup tidak dapat menghi-langkan hawa nafsu dari
kehidupannya. Hawa nafsu atau keinginan yang mendasar adalah keinginan untuk
mempertahankan hidup dengan makan, minum, bersosialisa-si dan lain sebagainya.
Agama Islam sudah memberikan konsep panduan tentang bagaimana
keinginan-keinginan itu dapat disalurkan dengan cara-cara yang baik. Hal ini
karena apabila hawa nafsu atau keinginan itu diwujudkan dengan cara yang tidak
baik maka akan merusak kehidupan manusia sehingga merusak keseimbangan. Contoh
perihal hawa nafsu atau keinginan untuk makan dan minum. Sebagaimana petunjuk
dalam agama Islam, hal ini haruslah dilakukan dengan makan atau minum yang
halal dan baik. Tentunya makan dan minum sesuatu yang haram dan tidak baik akan
merusak tubuh dan menimbulkan reaksi berbagai macam penyakit. Selain itu
berimbas juga pada kehidupan rohaninya, di mana jiwanya menjadi tidak muthmainnah
sehingga tidak akan masuk dalam golongan hamba Allah yang mendapat
keridloan-Nya. Al-Qur’an melalui surat al-Jaatsiyah ayat 23 yang artinya: “Maka
pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya,
dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci
mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” Jelaslah melalui ayat
ini bahwa jika hawa nafsu terus dituruti tanpa terkontrol, maka yang ada
hanyalah kegelapan ruhani yang menutup kebenaran dan petunjuk Allah.
Adapun
sifat ujub atau menyombongkan diri sendiri juga merupakan sifat tercela yang
dilarang oleh Allah. Hal ini karena sifat ujub hanya akan menjerumuskan kepada
kesengsaraan serta keburukan seperti halnya iblis dikeluarkan dari surga akibat
dari kesombongannya. Berbagai kenikmatan diterima oleh iblis sebelumnya ketika
berada di surga, langsung hilang musnah berganti laknat hanya karena sifatnya
ujub. Agar menjadi pelajaran bagi segenap
manusia, maka peristiwa tersebut diabadikan dalam al-Qur’an surat al-A’raaf
Ayat 12-13 yang artinya: “Allah berfirman: “Apakah yang
menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Iblis
menjawab: “aku lebih baik darinya, Engkau ciptakan aku dari api
sedang Engkau menciptakan dia dari tanah”. Allah pun berfirman:
“Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan
diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina”.
Demikianlah iblis dengan sifat sombong telah menjerumuskannya pada laknat Allah
dan telah berakibat ditetapkannya iblis sebagai penghuni neraka yang abadi.
Satu kisah lagi yang dapat dijadikan
pelajaran adalah kisah Karun yang menyombongkan diri dengan harta yang
dimilikinya. Kisahnya termuat dalam al-Qur’an surat al-Qashas ayat 79 yang
artinya: “Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya, lalu
orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia pun berkata: "moga-moga
kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun,
sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar". Karun
begitu percaya diri dengan menyatakan bahwa semua hartanya merupakan hasil
jerih payahnya semata, bukan karena kemurahan Allah padanya. Sifat
menyombongkan dirinya terlalu berlebihan sampai batas yang tidak sewajarnya. Namun
akibat dari sifat ujub Karun yang membanggakan hartanya, maka keburukanlah yang
menimpanya sebagaimana diceritakan dalam
surat al-Qashas ayat 81 yang artinya: “Maka Kami benamkan Karun
beserta hartanya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang
menolongnya terhadap azab Allah dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang
dapat) membela (dirinya).”
Demikianlah tiga perkara yang dapat
merusak dan membinasakan manusia dalam kehinaan. Perkara-perkara ini harus kita
hindari secara mutlak. Semoga kita terhindar dari ketiganya dan senantiasa
dalam penjagaan serta perlindungan Allah SWT. Aamiin …
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar