buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Jumat, 15 Juni 2018

KAFARAT AL MAJLIS


   Edisi 08 th IX : 2 Maret 2018 M / 14 Jumadil Akhir 1439 H
KAFARAT AL MAJLIS
Penulis: Marsudi, S.Pd.I (TPQ al-Mukmin, Bangunsari)
Segala puji hanyalah milik Allah SWT, yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Mujadilah ayat 11 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan sebanyak beberapa derajat, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”  Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, sang suri tauladan bagi seluruh umat manusia, sang revolusioner sejati yang mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
Kita tentu sering mendengar kata “majelis”. Kita boleh saja mengartikan kata majelis dengan artian apa saja asal tidak melenceng dari akar kata-nya. Secara bebas, kita bisa mengartikan majelis sebagai sebuah ajang untuk berkumpul dalam satu ruang dan satu waktu sehingga terjadi interaksi antar individu. Dari pemahaman ini, kita pun saat duduk bersama beberapa orang di sebuah pos ronda atau warung kopi, boleh menyebutnya sebagai majelis –meski hal ini terkesan tidak umum-. Adapun yang lebih dikenal dalam masyarakat, bahwa kata “majelis” berkaitan dengan “pengajaran” sehingga disebut majelis ta’lim, atau berkaitan dengan “dzikir” sehingga disebut majelis dzikir, atau berkaitan suatu “rapat” sehingga disebut majelis permusyawaratan, dan lain sebagainya.

            Jika kita mengadakan suatu majelis, maka jangan lupa untuk menyertakan kegiatan berdzikir kepada Allah. Hal ini dapat dilakukan secara berjamaah dengan bacaan surat dari al-Qur’an maupun bacaan kalimah thayyibah. Kegiatan dzikir secara berjamaah ini akan terasa ringan karena jika yang satu ‘kebetulan’ lupa maka yang lain dapat membantu bacaannya. Selain itu, ibarat setandan pisang, jika ada satu atau dua pisang yang jelek kualitasnya sedangkan lainnya bagus kualitasnya, maka si pisang jelek itupun akan dihargai sama dengan pisang yang bagus. Adapun dalil tentang keutamaan berdzikir saat berada dalam majelis adalah hadits berikut ini

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ قَوْمٍ يَقُومُونَ مِنْ مَجْلِسٍ لَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ فِيهِ إِلَّا قَامُوا عَنْ مِثْلِ جِيفَةِ حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً

Artinya: Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: "Tiada suatu kaum yang bangun (bubaran) dari suatu majelis dimana mereka tidak berdzikir kepada Allah dalam majelis tersebut, melainkan mereka bangun dari sesuatu yang serupa dengan bangkai himar (keledai), dan akan menjadi penyesalan mereka kelak." (HR Abu Dawud). Hadits ini diperkuat dengan hadits lainnya yaitu

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ فِيهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنْ اللَّهِ تِرَةٌ وَمَنْ اضْطَجَعَ مَضْجَعًا لَا يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنْ اللَّهِ تِرَةٌ

Artinya: Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang duduk dalam suatu majelis lalu tidak berdzikir kepada Allah, maka baginya akan Allah timpakan penyesalan, dan siapa yang berbaring dan tidak berdzikir kepada Allah, maka Allah menimpakan penyesalan padanya." (HR Abu Dawud)
            Berangkat dari dua hadits tersebut, sekiranya kita harus memahami bahwa sebuah majelis bisa menjadi sebuah tempat yang mulia jika kita gunakan untuk bermusyawarah dalam hal kebaikan, untuk menimba ilmu, serta untuk berdzikir pada Allah. Tempat mulia seperti ini tentu saja akan penuh rahmat, dan akan rugi jika tidak kita gunakan dengan sebaik-baiknya.
            Namun tidak dapat dipungkiri bahwa sebuah majelis juga rentan untuk menjadi sebuah tempat yang dapat membuat kita ‘terpeleset’ dalam ghibah maupun fitnah. Bisa jadi secara tidak kita sadari bahwa kita telah membicarakan seseorang atau kelompok lain saat kita berkumpul dalam suatu majelis. Oleh karena itulah, kita diajarkan oleh Rasulullah SAW untuk membaca doa kafaratul majlis yaitu doa sebagai denda karena kemungkinan kita telah melakukan dosa-dosa selama dalam majelis tersebut. Adapun dalilnya adalah hadits berikut ini

عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الْأَسْلَمِيِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ بِأَخَرَةٍ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَقُومَ مِنْ الْمَجْلِسِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ لَتَقُولُ قَوْلًا مَا كُنْتَ تَقُولُهُ فِيمَا مَضَى فَقَالَ كَفَّارَةٌ لِمَا يَكُونُ فِي الْمَجْلِسِ

Artinya: Dari Abu Barzah Al-Aslami, ia berkata: "Jika Rasulullah SAW hendak bangun dari suatu majelis, beliau membaca, "'Sub-hanakallahumma wa bihamdika, asyhadu an-la ilaha illa Anta, astaghfiruka wa atubu ilaik (Maha suci engkau ya Allah dan segala puji hagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain engkau, aku memohon ampunan pada-Mu dan memohon taubat pada-Mu).''. Seorang sahabat berkata, 'Wahai Rasulullah, engkau telah membaca bacaan yang dahulu tidak biasa engkau bacakan?' Beliau menjawab: 'Itu sebagai penebus dosa yang terjadi dalam sebuah majelis'." (HR Abu Dawud)
            Dalam konteks inilah Rasulullah SAW telah memberi pelajaran pada kita bahwa sesungguhnya sebaik apapun kita dan niat kita dalam melakukan sesuatu (semisal berkumpul dalam majelis kebaikan), sesungguhnya ada kemungkinan terselip dosa-dosa baru yang terjadi pada saat tersebut. Dosa-dosa tersebut bisa merupakan dosa individual maupun dosa berjamaah. Semisal kita dalam sebuah majelis ilmu, kemudian kita mengambil contoh dengan menyebutkan tindakan seseorang yang jelek, lalu kita menertawakannya bersama-sama. Padahal bisa jadi orang tersebut tidak ridha jika kita jadikan contoh dari sebuah permasalahan. Atau dalam kejadian lain, kita berada dalam sebuah perdebatan tentang agama kemudian kita saling menuding satu sama lain. Dan lain sebagainya. Dalam hal inilah, kita diajarkan segera memohon ampun pada Allah atas apapun yang terjadi dalam majelis, baik yang kita sengaja maupun tidak. Tekniknya dengan cara membaca doa kafaratul majlis.
            Semoga Allah meringankan langkah-langkah kita dalam hal kebaikan dan meluruskan niat kita dalam setiap bermajelis. Kemudian juga semoga Allah menurunkan rahmat-Nya dalam setiap majelis kita serta mengampuni segala dosa kita yang boleh jadi timbul karena hal tersebut. Aamiin.
***









Tidak ada komentar:

Posting Komentar