Edisi 08 th IX : 2 Maret 2018 M / 14
Jumadil Akhir 1439 H
KAFARAT AL
MAJLIS
Penulis:
Marsudi, S.Pd.I (TPQ al-Mukmin, Bangunsari)
Segala puji hanyalah milik Allah SWT,
yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Mujadilah ayat 11 yang artinya: “Hai
orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu, dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan sebanyak beberapa derajat, dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, sang suri tauladan bagi
seluruh umat manusia, sang revolusioner sejati yang mampu membawa perubahan ke
arah yang lebih baik.
Kita tentu sering mendengar kata
“majelis”. Kita boleh saja mengartikan kata majelis dengan artian apa saja asal
tidak melenceng dari akar kata-nya. Secara bebas, kita bisa mengartikan majelis
sebagai sebuah ajang untuk berkumpul dalam satu ruang dan satu waktu sehingga
terjadi interaksi antar individu. Dari pemahaman ini, kita pun saat duduk
bersama beberapa orang di sebuah pos ronda atau warung kopi, boleh menyebutnya
sebagai majelis –meski hal ini terkesan tidak umum-. Adapun yang lebih dikenal
dalam masyarakat, bahwa kata “majelis” berkaitan dengan “pengajaran” sehingga
disebut majelis ta’lim, atau berkaitan dengan “dzikir” sehingga disebut majelis
dzikir, atau berkaitan suatu “rapat” sehingga disebut majelis permusyawaratan,
dan lain sebagainya.
Jika
kita mengadakan suatu majelis, maka jangan lupa untuk menyertakan kegiatan
berdzikir kepada Allah. Hal ini dapat dilakukan secara berjamaah dengan bacaan surat
dari al-Qur’an maupun bacaan kalimah thayyibah. Kegiatan dzikir secara
berjamaah ini akan terasa ringan karena jika yang satu ‘kebetulan’ lupa maka
yang lain dapat membantu bacaannya. Selain itu, ibarat setandan pisang, jika
ada satu atau dua pisang yang jelek kualitasnya sedangkan lainnya bagus
kualitasnya, maka si pisang jelek itupun akan dihargai sama dengan pisang yang
bagus. Adapun dalil tentang keutamaan berdzikir saat berada dalam majelis
adalah hadits berikut ini
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ قَوْمٍ
يَقُومُونَ مِنْ مَجْلِسٍ لَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ فِيهِ إِلَّا قَامُوا عَنْ
مِثْلِ جِيفَةِ حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً
Artinya: Dari Abu Hurairah RA,
Rasulullah SAW bersabda: "Tiada suatu kaum yang bangun (bubaran) dari
suatu majelis dimana mereka tidak berdzikir kepada Allah dalam majelis tersebut,
melainkan mereka bangun dari sesuatu yang serupa dengan bangkai himar
(keledai), dan akan menjadi penyesalan mereka kelak." (HR Abu Dawud).
Hadits ini diperkuat dengan hadits lainnya yaitu
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ
يَذْكُرْ اللَّهَ فِيهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنْ اللَّهِ تِرَةٌ وَمَنْ اضْطَجَعَ
مَضْجَعًا لَا يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنْ اللَّهِ تِرَةٌ
Artinya: Dari Abu Hurairah RA,
Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang duduk dalam suatu majelis lalu
tidak berdzikir kepada Allah, maka baginya akan Allah timpakan penyesalan, dan
siapa yang berbaring dan tidak berdzikir kepada Allah, maka Allah menimpakan
penyesalan padanya." (HR Abu Dawud)
Berangkat
dari dua hadits tersebut, sekiranya kita harus memahami bahwa sebuah majelis
bisa menjadi sebuah tempat yang mulia jika kita gunakan untuk bermusyawarah
dalam hal kebaikan, untuk menimba ilmu, serta untuk berdzikir pada Allah. Tempat mulia seperti ini tentu saja akan
penuh rahmat, dan akan rugi jika tidak kita gunakan dengan sebaik-baiknya.
Namun tidak dapat
dipungkiri bahwa sebuah majelis juga rentan untuk menjadi sebuah tempat yang
dapat membuat kita ‘terpeleset’ dalam ghibah maupun fitnah. Bisa
jadi secara tidak kita sadari bahwa kita telah membicarakan seseorang atau
kelompok lain saat kita berkumpul dalam suatu majelis. Oleh karena itulah, kita
diajarkan oleh Rasulullah SAW untuk membaca doa kafaratul majlis yaitu
doa sebagai denda karena kemungkinan kita telah melakukan dosa-dosa selama
dalam majelis tersebut. Adapun dalilnya adalah hadits berikut ini
عَنْ أَبِي بَرْزَةَ
الْأَسْلَمِيِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ بِأَخَرَةٍ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَقُومَ مِنْ الْمَجْلِسِ سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ
وَأَتُوبُ إِلَيْكَ فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ لَتَقُولُ قَوْلًا
مَا كُنْتَ تَقُولُهُ فِيمَا مَضَى فَقَالَ كَفَّارَةٌ لِمَا يَكُونُ فِي
الْمَجْلِسِ
Artinya: Dari Abu Barzah Al-Aslami, ia berkata: "Jika Rasulullah SAW
hendak bangun dari suatu majelis, beliau membaca, "'Sub-hanakallahumma
wa bihamdika, asyhadu an-la ilaha illa Anta, astaghfiruka wa atubu ilaik (Maha
suci engkau ya Allah dan segala puji hagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain engkau, aku memohon ampunan pada-Mu dan memohon taubat pada-Mu).''. Seorang
sahabat berkata, 'Wahai Rasulullah, engkau telah membaca bacaan yang dahulu
tidak biasa engkau bacakan?' Beliau menjawab:
'Itu sebagai penebus dosa yang terjadi dalam sebuah majelis'."
(HR Abu Dawud)
Dalam konteks inilah
Rasulullah SAW telah memberi pelajaran pada kita bahwa sesungguhnya sebaik
apapun kita dan niat kita dalam melakukan sesuatu (semisal berkumpul dalam
majelis kebaikan), sesungguhnya ada kemungkinan terselip dosa-dosa baru yang
terjadi pada saat tersebut. Dosa-dosa tersebut bisa merupakan dosa individual
maupun dosa berjamaah. Semisal kita dalam sebuah majelis ilmu, kemudian kita
mengambil contoh dengan menyebutkan tindakan seseorang yang jelek, lalu kita
menertawakannya bersama-sama. Padahal bisa jadi orang tersebut tidak ridha jika
kita jadikan contoh dari sebuah permasalahan. Atau dalam kejadian lain, kita
berada dalam sebuah perdebatan tentang agama kemudian kita saling menuding satu
sama lain. Dan lain sebagainya. Dalam hal inilah, kita diajarkan segera memohon
ampun pada Allah atas apapun yang terjadi dalam majelis, baik yang kita sengaja
maupun tidak. Tekniknya dengan cara membaca doa kafaratul majlis.
Semoga Allah meringankan
langkah-langkah kita dalam hal kebaikan dan meluruskan niat kita dalam setiap
bermajelis. Kemudian juga semoga Allah menurunkan rahmat-Nya dalam setiap
majelis kita serta mengampuni segala dosa kita yang boleh jadi timbul karena
hal tersebut. Aamiin.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar