Edisi 03 th IX : 19 Januari 2018 M / 02
Jumadil Awwal 1439 H
RAHMATAN LIL ‘ALAMIN
Penulis:
Mahfud, S.Pd.I (TPQ Miftahul Huda, Jenes)
Puji syukur pada Allah swt yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat
al-Anbiya’ ayat 107 yang artinya “Dan tiadalah Kami
mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada nabi
Muhammad s.a.w. yang telah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dan
menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Diutusnya Rasulullah saw untuk seluruh alam,
tak lain beliau sebagai rahmat. Adapun kata “rahmat” dalam konsep ini mempunyai makna kasih sayang. Terdapat
perbedaan pendapat di kalangan para ahli ilmu tentang makna Rohmatan lil ‘alamin.
Menurut Ibnu Jarir maksudnya adalah Allah tidak mengutus dan menciptakan nabi Muhammad s.a.w,
melainkan menjadi rahmat bagi seluruh makhluk. Kemudian di kalangan ahli ta’wil
membuat rumusan, apakah yang mendapat rahmat ini hanya orang-orang yang beriman
ataukah orang-orang kafir juga mendapat rahmat? Sebagian Ulama mengatakan bahwa
diutusnya nabi Muhammad s.a.w. menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman dan
juga bagi orang-orang kafir. Adapun wujud rahmat bagi orang kafir yaitu orang
yang tidak beriman kepada Allah s.w.t. ditangguhkan siksanya, tidak dipercepat
sebagaimana umat sebelumnya. Umat sebelum umatnya nabi Muhammad saw kalau kufur
niscaya akan mendapat siksa di dunia berupa bencana, baik berupa penenggelaman
maupun pelemparan. Namun demikian sebagian Ulama, mengatakan rahmat tersebut
hanya bagi orang yang beriman saja, ini adalah pendapat dari Ibnu Zaid.
Dari kedua
pendapat di atas yang dipilih adalah pendapat yang pertama yakni diutusnya nabi
Muhammad saw tidak hanya menjadi rahmat bagi orang yang beriman saja, melainkan
bagi orang-orang kafir juga. Hal ini merujuk pada Tafsir At-Thobary, Tafsir
Ibnu Katsir dan juga Tafsir As-Sa’di. Sebagaimana disebutkan bahwa
Ibnu Abbas r.a. dalam menafsirkan ayat ini: “Siapa saja yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, ditetapkan baginya rahmat di dunia dan akhirat. Namun
siapa saja yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, bentuk rahmat bagi
mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah yang menimpa umat terdahulu, seperti
mereka semua ditenggelamkan atau ditimpa gelombang besar.” Dalam riwayat
yang lain: “Rahmat yang sempurna di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang
beriman kepada Rasulullah. Sedangkan bagi orang-orang yang enggan beriman,
bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah yang menimpa umat
terdahulu.” Hal ini juga didukung dengan hadits dari Abu Hurairah r.a. yang
berkata, bahwa telah dikatakan, “Wahai Rasulullah, berdo’alah melaknat kaum
Musyrikin.” Beliau berkata: “Saya tidak dikirim sebagai kutukan,
melainkan sebagai rahmat.” (HR Muslim). Imam Ibnu Hajar Al-Haitami berkata:
diutusnya nabi Muhammad saw menjadi rahmat bagi musuh-musuhnya, dengan
ditiadakannya siksa yang kontan (Fatawi hadisiyah : 34).
Allah swt
berfirman dalam al-Qur’an surat al-Anfal ayat 33 yang artinya: Dan Allah
sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka.
Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” Imam
Ahmad meriwayatkan bahwa ‘Amr bin Abi Qurrah Al-Kindi berkata: “Hudzaifah r.a.
ada di Al-Mada’in dan dia menyebutkan sesuatu, bahwa Hudzaifah datang ke Salman
r.a dan Salman r.a berkata: ‘Ya, Hudzaifah, Rasulullah s.a.w. kadang-kadang
marah dan berbicara dalam kondisi demikian, dan kadang-kadang senang dan
berbicara dalam kondisi demikian. Saya tahu bahwa Rasulullah s.a.w. telah
menyapa kami dan berkata: “Sebagian umatku telah aku cerca atau aku maki ketika
aku marah, karena aku adalah salah seorang dari keturunan Adam, dan aku bisa
menjadi marah seperti dirimu. Tetapi Allah s.w.t. telah mengirimku sebagai
rahmat untuk seluruh alam, sehingga aku akan membuat itu (marahku) sebagai
berkah buatnya di hari kebangkitan.”
Makna umum
dari alam, tidak dimaknai manusia saja, tetapi hewan, tanaman juga mendapat
rahmat. Banyak sekali ajaran Rasulullah s.a.w. tentang bagaimana larangan
menyiksa binatang. Baik yang disiksa itu fisik maupun perasaannya. Rasulullah
saw bersabda: "Sesungguhnya Allah telah
menetapkan perbuatan baik (ihsan) atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh
maka berlakulah baik dalam hal tersebut. Jika kalian menyembelih berlakulah
baik dalam hal itu, hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan menyenangkan hewan
sembelihan kalian." (HR. Muslim).
Dari hadits di atas bisa dicermati bahwa pisau yang
digunakan menyembelih selayaknya merupakan pisau yang tajam. Berdasarkan
penelitian banyak yang menyebutkan bahwa cara menyembelih yang sesuai dengan
syari’at islam, sangat meminimalisir penyiksaan, kalau dibandingkan dengan cara
penyembelihan yang tidak islami. Suatu contoh sapi disembelih dengan cara
islami lebih sedikit dan sebentar rasa sakitnya, dibanding dengan cara
penyembelihan yang tidak islami, misalnya sapi dipingsankan dengan dipukul
kepalanya, cara semakin ini justru menyakitkan. Tidak hanya itu, kita juga
dilarang mengasah pisau di depan hewan yang akan disembelih, sebab ini
menakut-nakuti. Sebagaimana hadits yang artinya: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengasah pisau, tanpa
memperlihatkannya kepada hewan.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah ). Kemudian nabi
Muhammad saw juga melarang melakukan penyiksaan terhadap hewan. “Seorang wanita masuk neraka karena seekor kucing yang
diikatnya. Dia tidak memberinya makan dan tidak membiarkannya makan serangga
bumi, sehingga mati kelaparan.” (Muttafaq 'Alaih).
Dari hal-hal tersebut, kita bisa menarik kesimpulan
bahwasanya kasih sayang atau rahmat tidak hanya kepada manusia, melainkan juga
kepada hewan. Selain itu, ternyata rahmat diutusnya nabi Muhammad saw juga
untuk lingkungan dengan adanya larangan merusak lingkungan. Sebagaimana firman
Allah swt dalam al-Qu’an surat ar-Rum ayat 41-42 yang artinya: “Telah tampak
kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: Adakanlah perjalanan di muka bumi
dan perlihatkanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dulu. Kebanyakan dari
mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”
Itulah
sekelumit gambaran bahwa ajaran Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam. Tentu
masih banyak ajaran Islam bisa diteliti yang menunjukkan bahwa sebenarnya islam
itu agama yang penuh rahmat. Semoga Allah meridhai kita agar mampu
mengimplementasikan konsep Islam Rahmatan Lil ‘Alamin …
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar